FALLING DOWN IS A PART OF LIFE. GETTING BACK UP IS LIVING.

Selasa, Juni 21, 2016

Dear, diary...

Hari ini kutemukan sesuatu yang lucu. Sebuah buku dengan segala cerita yang pernah kutuang dalam bentuk tulisan kedalamnya.

Kami para manusia menyebutnya buku harian atau diary. Yang kebanyakan ketika masih kecil selalu diawali dengan kata-kata: Dear, diary...

Lucu. Itu sangat lucu.

Kalau dipikir-pikir, kenapa juga, ya, dulu kita (yang pernah saja) mengawali cerita selalu dengan kata-kata itu? Agar terkesan dramatis, kah? Atau bagaimana? Hahaha, aku yakin setiap orang mempunyai alasan tersendiri.

Yang lebih lucu lagi, ketika aku menemukan 'aku' di dimensi dan perasaan yang berbeda ketika membaca ulang tulisan-tulisan yang pernah kutulis.

Seketika aku bisa merasakan kembali senang, kecewa, sedih, terlampau bahagia, insecure, atau perasaan apapun yang pernah aku tuang dalam bentuk tulisan. Aku bisa merasakannya lagi.

Buku harian memang buku magic yang bisa menyulap perasaan dalam sekejap. How cool it is!


Dan yang lebih lucu lagi, ketika aku membaca satu halaman itu. Tentang dia; nama yang tidak terlalu banyak disebut di dalamnya, tetapi selalu menjadi headline ketika aku mulai bercerita. Nama yang selalu kembali ku coret ketika sudah selesai menulis apa yang tengah terjadi. Nama yang selalu ku singkat ketika aku hanya ingin menuliskannya secara jelas tanpa coretan. Tidak di tutup-tutupi.

Tapi, ya tetap saja tidak pernah secara gamblang.

Kecuali hari itu. Hari spesialnya. Dimana malah aku yang mengacau. Dimana akhirnya kami tak lagi bertegur sapa melalui media sosial apapun yang kami punya. Berhenti. Begitu saja.

Dihari itu, aku menyebut namanya secara gamblang di buku harianku. Lengkap dan jelas. Like.... Cristal-clear. Tak ada lagi yang kututupi.

Dan kini, buku harian itu sukses membawaku ke masa-masa itu. Masa dimana aku bertanya-tanya apa yang tengah terjadi diantara kami. Mencoba memahami apa yang pernah kami lalui. Apa yang pernah kami punya.

Dulu.


Selasa, Mei 10, 2016

Let Me Know.

Jadi sekarang, coba beritahu aku.

Dinamakan apa ketika seseorang merasakan keingin-tahuan yang begitu besar terhadap kehidupan masa lalunya tanpa ia merasakan cinta atau rindu sedikit pun?

Cinta, rindu, atau hanya sekedar penasaran saja, kah?

Jumat, September 25, 2015

Harap?

Tak usah mengharapkan sesuatu yang kamu tahu pasti bahwa ia takkan datang. Ini bukan cerita tentang keputus asaan. Tetapi ini adalah tentang kesadaran.

Untuk apa mengharapkan bubur menjadi nasi?

Selasa, September 08, 2015

Untitled

"Tapi, kalau sedang jatuh cinta, simpanlah niat menulismu.
Karena tulisan yang kuat lebih sering datang dari hati yang terluka."
― Bernard Batubara.




Maka disinilah aku menulis. Ketika hati sedang kelabu. Entah bagaimana menjelaskannya. Terlalu panjang. Aku tidak akan menuliskan sesuatu yang menggugah, tidak juga akan menuliskan sesuatu yang akan menjadi sebuah masterpis. Aku hanya ingin menulis. Menulis apapun yang ingin kutulis. Berusaha meluapkan apa yang sedang aku rasakan melalui menulis. Menulis. Apapun.

Kamu tahu, hidup tidak selalu melulu tentang kebahagiaan, pun kesedihan. Dua hal itu akan terus datang secara bergantian; bergilir. Sama halnya seperti kata pepatah, kehidupan itu seperti roda yang berputar. Kadang kamu berada di atas, atau kamu akan berada di bawah. Sama halnya dengan kesedihan dan kebahagiaan. Kadang kamu akan bersedih, sampai bahkan mungkin kamu tidak bisa menangis. Dan suatu saat kamu akan berbahagia, sampai kamu menitikkan air mata. Tidakkah itu indah? Tuhan memang Maha Adil.

Tapi, apa yang sedang terjadi dalam hidupku beberapa bulan terakhir ini begitu lucu. Bahkan saat aku bercermin aku menertawakan diriku sendiri di dalam sana. Seorang perempuan yang berusaha berdiri tegak. Selalu berusaha berdiri sendiri; mandiri. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Karena ia merasa sudah terlalu sering ia berusaha menghadapi segala kenyataan itu sendiri. Mengambil keputusan, membahagiakan, menyembuhkan sakit yang dirasa oleh dirinya sendiri. Ia hanya ingin bersandar.

Suatu ketika, perempuan itu merasa telah menemukan seseorang untuk bersandar. Berbagi cerita. Menghabiskan malam-malam dengan atau pun tanpa bintang. Melewati segala hal baik dan buruk bersama, Tapi pada satu masa, ia menyadari bahwa tidak semudah itu. Roda berputar, kan?

Ah, terlalu bertele-tele. Inti dari semuanya, ketika ia menemukan sesuatu yang membahagiakannya, di saat yang bersamaan, ternyata ia juga menemukan seseorang yang bisa menghancurkannya dengan mudah. Ketika ia menginginkan lelaki itu untuk terus tinggal, ternyata kenyataan juga mengingatkan bahwa mungkin lelaki itu bukan untuknya. Mari membicarakan sesuatu yang klise, pun tabu. Cinta kah, itu?

Rabu, Agustus 12, 2015

Quote of the Day.

"Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti." ― R. A. Kartini: Habis Gelap Terbitlah Terang.